Jurnal of Life

Teruntuk engkau wahai Ibu dan Bapak Guru selamat hari guru, selamat ulang tahun bapak dan ibu guru. terimakasih atas baktimu yang telah mengantarkan ku pada cahaya ilmu. terimakasih atas kesabaran kalian dalam mendidik dan mengajarkan pada kami tentang banyak pengetahuan baru. terimakasih atas pengabdian tanpa jasa kalian. selama kurang lebih 14 hari yang lalu, saya meraskan betapa tidak mudahnya menjadi guru. betapa saya merasakan kesedihan ketika salah satu siswa yang saya didik tak mau mendengrakan dan nampak mengacuhkan. tapi kalian bapak dan ibu guru kalian luar bisa kalian tak menyerah pada kemalasan dan kebengalan kami. rasa terimakasih bahkan tidak cukup untuk membalas kebaikan kalian pada kami. guru adalah pahlawan tanpa jasa, kalian tak pernah meminta imbalan apapun pada kami. kalian bekerja dengan hati untuk membuat kami menjadi manusia yang berguna. andaipun kelak saya ingin menjadi guru, maka semenjak hari ini saya harus bisa belajar menjadi ikhlas, belajar untuk

Bogor sudah pulang karena hujan sudah datang, minggu minggu terakhir dibogor terasa panas dan gerah karena hujan enggan turun. sekarang Alhamdulillah hujan sudah bertandang kembali ke kota hujan. mungkin ini kali pertama bagi saya menikmati kemarau terpanjang selama merantau dibogor. biasanya setiap sore saya akan mendapati langit yang mendung dan gelap seolah hendak tumpah. hujan sudah datang di bogor bagaimana dengan kampung saya sudahkah hujan datang? atau dia masih bersembunyi dibalik awan dan masih enggan jatuh. terakhir saya mendengar kabar dari rumah malam yang lalu, hujan sudah mampir. tanaman sudah tersirami, Alhamdulillah semoga para etani lekas bisa menanam dan panen lagi. kemarau tahun ini mungkin menjadi kemarau terparah yang saya ingat, kampung saya kekeringan. sumur dirumah saya pun sudah susah untuk diambil airnya. mata air yang biasanya kami gunakan untuk segala jenis kebutuhan pun mati. bahkan kami harus bergiluran mengantri menggunakan pamsimas sesuai dengan jad