Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2014

karena busana soal kenyamanan

Gambar
oke kali ini aku bakal cerita tentang kebiasaan aku yang bisa dibilang ga "stylist" , iya karena aku berusaha biar ga ikut arus buat masalah fashion yang tiap waktunya berubah-ubah. dari dulu sampai sekarang gaya aku ya gitu-gitu aja, celana bahan baju longgar yang bisanya kaos oblong. setiap orang punya alasan buat tetep memegang prinsipnya, kayak prinsip aku buat tetep milih celana bahan bukan menggantinya pake celana jins atau apalah itu. sebenarnya kebiasaan ini berlangsung sejak aku masuk SMP dan memutuskan untuk terus mempertahankanya sampai sekarang. alasannya simpel sebenarnya sih karena celana bahan lebih mudah di cuci dan ga berat kaya celana jins. *haha apa banget coba alasannya.  selain karena celana bahan itu enteng dan gampang di cuci, aku berpikir kalo setidaknya celana bahan itu ga terlalu ketat kalo dipake di kaki. dan karena aku pernah mesantren pas jaman SMP jadi ya aku berusaha buat menjalankan apa yang diajarkan pas disana. *sok alim banget la

Believe in Allah

Gambar
my friend said if life is like a quantum physics, it's full by uncertainty www.fanpop.com mungkin kali ini aku akan mengiyakan pernyataanya. hidup seperti dalam fisika kuantum, penuh dengan ketidakpsatian. ah menyedihkan memang ketika kita benar-benar tak mengerti kapan kita akan bertahan menghirup oksigen yang sangat nikmat ini. bahkan terkadang kita tak punya pilihan lain ketika jadwal yang kita susun berubah menjadi sebuah wacana saja. banyak yang bilang, kita yang punya rencana tapi Allah lah yang mengaturnya. begitu banyak agenda yang kita susun rapi dan seindah mungkin, akan tetapi hanya menjadi coretan indah di dinding karena ternyata Allah punya rencana lain. jika sudah begini entah pada siapa lagi mau menyalahkan, sebab tak seharusnya seorang hamba marah pada Tuhannya. rencana Allah selalu indah, ini yang selalu aku percaya. adapun jika semua jadwal yang telah aku susun berubah menjadi sesuatu yang lain, maka Allah tahu mana yang terbaik bagi makhlu

Ini Sebuah Perjalanan

aku menyebutnya perjalanan, ah tentu saja sebuah perjalanan panjang selama satu setengah jam. Dramaga-Baranangsiang dan tak selalu perjalanan menemukan hal-hal yang menarik, seperti kemarin malam. dan terkadang aku menemukan sesuatu yang bisa aku anggap menarik seperti dua malam yang lalu. benar, hidup tak selalu darmatis kawan. aku menyebutnya menarik karena jarang aku melihat pengamen perempuan yang mungkin usianya belasan tahun berkeliaran di malam-malam. dia mengenakan kaus hitam berlengan pendek yang hanya menutupi bagian atas lengannya dan celana jins pensil warna hitam ketat yang menempel pada kakinya. lingkar pingganya diberi aksesoris ikat pinggang warna coklat dengan tambahan warna merah. rambutnya panjang terurai, dan aku mencium bau sampo dari sana. aku pikir dia mungkin baru saja kramas sore tadi. dan tidak seperti kebanyakan pengamen yang lusuh dan sedikit maaf apek. tapi ada wangi parfum yang keluar dari tubuhnya. tentu saja aku tahu sebab aku duduk tepat di sampin

karena hakikatnya kamu tak perlu menjadi sempurna

" kau benar, penyesalan selalu datang terlambat. Tapi tak apa jika kau masih merasa menyesal. Sebab itu artinya kau masih punya hati yang merasa dan akal yang masih bisa berpikir." pernahkah kalian menyesali sebuah keputusan yang kalian buat sendiri, atau keputusan yang kalian ambil setelah mendengarkan omongan orang lain. ah.. jika kalian menyesal sepantasnya kalian tak menyalahkan urusan ini pada orang lain, sebab orang lain hanya memberikan saran dan kamu yang menjalankannya dan pada akhirnya kamulah eksekutornya. kalian akan menyasal jika kalian egois, sebab ketika kita bercerita pada teman kita akan sebuah keputusan. sesungguhnya yang terjadi adalah kita meminta pembenaran tentang sebuah keputusan yang akan kita ambil. orang yang bercerita padamu sebenarnya hanya ingin didengar dan mencari pembenaran. karena demikianlah manusia. tak mengapa jika kau menyesal sekarang, sebab tak pernah ada manusia yang sempurna. manusia diciptakan Tuhan sebagai sarangny

Kuliah Prilaku Konsumen bersama Prof Ujang

Gambar
kali ini aku kembali ditugaskan untuk memperkenalkan diri dan mempromosikan blog, sebenarnya ini bukan sebuah tugas yang sulit sebab setiap orang adalah konsumen. dan setiap orang bisa menulis. UMI TRIMUKTI mahasiswa departemen FISIKA fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. INSTITUT PERTANIAN BOGOR. semester ini aku mengikuti mata kuliah supporting course PRILAKU KONSUMEN (IKK233) sebuah matakuliah yang diampu oleh departemen ILMU KELUARGA dan KONSUMEN fakultas EKOLOGI MANUSIA. dosen dari mata kuliah ini adalah Prof Dr Ir Ujang Sumarwan, MSc, yang biasa dipanggil Prof USA bukan United State America ya tapi itu adalah kode. Ujang Sumarwan. 2011. Perilaku Konsumen: Teori dan Penerapannya dalam Pemasaran. Edisi 2 Cetakan 1. Jakarta: PT Ghalia Indonesia  diatas itu adalah salah satu karya yang sudah Prof Ujang terbitkan. rabu kemarin tepatnya (3/09/14) adalah hari pertama aku mengikuti kuliah ini, perkuliahan yang sangat menarik sebab diawal perkuliahan k

tentang sebuah cinta

ini tentang sebuah cerita tentang bagaimana ayah mencintai anaknya, tentang ibu yang selalu mencurahkan kasih sayangnya. tak perlu orang bijak yang akan berkoar tentang nasehat bagaimana orang tua kita mencintai kita. sebab mereka mencintai tanpa kata, mencintai tanpa meminta balasan, cinta mereka tulus, murni dan bersih. mengapa seorang ayah tak bisa mengatakan pada anaknya, betapa dia mencintainya. dia tak bisa menahan malunya dengan mengatakan "aku menyayangimu nak" dan ibu dia akan selalu mengatakkanya tak peduli anaknya mendengarkan atau tidak tapi itu bukan berarti seorang ayah tidak mencintai anaknya tidak ada yang mengerti cinta seorang ibu pada anaknya, bahkan ibu itu sendiri karena tidak ada batasanbagi kasih sayang seorang ibu dimana semua itu hanya bisa dirasakan oleh perasaan seorang ibu dari sebuah film yang selalu membuat saya menangis 'kabhi husy kabhi gham'...

Panggil saja "Sepatu Buluk"

Gambar
aku memanggilnya sepatu buluk, andai dia bisa bicara mungkin dia akan marah karena begitu tak menghargainya aku padanya. sepatu butut, warnanya yang hijau kecoklatan kini berubah menjadi coklat keputih-putihan. warnanya pudar beriring dengan usianya yang makin bertambah, belum lagi hujan dan panas matahari yang menambah buruk saja rupanya. sepatu butut, sepatu yang aku beli dari kampung halaman sejak tingkat pertama. aku membelinya bersama bapak saat berjalan-jalan ke kota. bukan sepatu mahal dengan harga ratusan ribu, sepatu ini hanya berharga enam puluh ribu kala itu. sekian kali aku membeli sepatu baru, pada akhirnya pada sepatu butut ini pula kakiku berlabuh lagi. semakin butut, semakin banyak kenangan dan harapan yang dilukiskan dari kebututanya. entah berapa kilo meter perjalanan yang pernah saya lewati bersama si sepatu butut, mungkin tak terhitung panjangnya. sepatu butut adalah saksi perjuangan selama ini, dari mendaki Sindoro hingga menapaki puncak Papandayan. meskipun

mendaki

aku kembali mendaki, mangalahkan lelah yang bersarang pada kaki. membiarkan harapan untuk mencapai puncak tertinggi dan menikmati anugerah sang khaliq untuk sekali lagi. menyaksikan bintang gemintang yang indah diatas cakrawala malam yang dingin. ah, aku ingin menikmatinya lagi. selalu ada harapan jika kita percaya bahwa harapan itu ada, Tuhan tak pernah tidur dan aku percaya padaNya.