Aku Akan Menunggu

yagakgitujuga.blogspot.com


Dia pasti terlambat lagi, sudah setengah jam berlalu sejak aku sampai disini. Segelas cokelat panas yang aku beli di minimarket tempatku menunggu sudah berubah menjadi dingin. Pasti Dia ketiduran, bukan hal yang aneh ketika Dia terlambat karena tertidur. Aku terbiasa menunggunya satu jam, dua jam sampai berjam-jam karena Aku selalu percaya dia akan datang. Menunggu bukan persoalan yang sulit bagiku, karena Aku terbiasa menunggu sejak kecil.
Aku membiarkan ponselku terdiam diatas meja setelah lelah menjelajah ke dunia maya. Melanjutkan minum cokelat panas yang tak lagi panas sambil menerka berapa lama lagi aku harus menunggu. Sebuah panggilan masuk mengusik penantianku, dari layar ponsel tertera Sebuah panggilan masuk mengusik penantianku, dari layar ponsel tertera nama Rehan. Aku mengamatinya beberapa saat, aku ingin membuatnya gelisah seperti biasa. Aku mengamatinya beberapa saat, aku ingin membuatnya gelisah seperti biasa. Aku mengacuhkan panggilan pertama karena seperti biasa dia akan mengulangi panggilan jika Aku tak menjawabnya.
“na, masih disanakan? Maaf ya telat lagi. Jangan kemana-mana Aku bentar lagi nyampe sepuluh menit lagi ya jangan kemana-mana oke?” ucapnya tanpa meghela napas sedikitpun, tanpa membeiarkan aku menjawab pertanyaan yang Dia ajukan.
“oke” jawabku tepat dia memutus sambungan telepon.
Dia tak pernah berubah, tak pernah memberikan kesempatan padaku untuk berbicara. Kami bersahabat sejak kecil, Dia cukup crewet untuk ukuran seorang laki-laki. Dia selalu membututiku kemanapun Aku pergi, sampai saat ini kami kuliah di kota yang sama beruntungnya bukan di jurusan yang sama.
Sebuah sepeda motor masuk ke arena mini market tempatku menunggu, seorang pria berblut jaket warna biru tua menghampiri tempat duduk ku. Dia datang tepat sepuluh menit seperti janjinya.
“udah lama nunggu na?” tanyanya sambil menarik kursi yang ada di sebelahku.
“enggak baru empat puluh menit” jawabku santai sambil memasukan ponsel kedalam tas.
“maaf ya...”
“iya selow, udah biasa bukan terlambat” kataku pura-pura kesal.
“yah, na jangan marah dong. Maaf deh nanti aku yang traktir makan buat nebus kesalahan aku” tawarnya padaku.
“udah ah, ayok nanti terlambat teaternya bentar lagi mulai. Jadi mau pergi ga?” tanyaku sambil menarik diri dari kursi.
“na, beneran nih marah?” tanyanya kawatir sambil memegang tanganku
Aku terdiam dan memasang wajah sekesal mungkin, Dia benar-benar merasa bersalah. Aku bisa merasakannya lewat getaran yang ditimbulkan saat menyentuh tanganku.
“enggak ko, bercanda” kataku sambil tertawa melihat raut wajahnya yang merasa bersalah.
“tapi traktir makannya jadi ya” kataku sambil melangkah menuju parkiran membiarkan Dia mengikutiku dari belakang
“Iya besok tapi ya, baru besok dapet honornya” katanya
“sip jangan terlambat lagi” kataku mengingatkan.
Malam ini kita akan menonton teater kebudayaan di balai kota, beberapa teman kampus turut berpartisipasi dalam acara ini. Aku dan Rehan memperoleh undangan untuk menghadiri teater tersebut. Sejak kecil Ayah senang mengajak ku pergi ke acara Teater karena rumah ku dan Rehan berdekatan, Ayah selalu mengajaknya pergi. Kata ayah biar aku ada teman buat diajak ngobrol. Rahan memang tipikal orang yang ceria dan selalu membuat aku tertawa, tapi dia senang sekali membuatku menunggu.
Kami sampai di gedung pertunjukan, acara sudah dimulai sejak sepuluh menit yang lalu. Kami menyerahkan undangan dan segera masuk ke gedung yang sudah dipenuhi banyak orang. Ini pertunjukan amal yang didakan oleh seniman untuk membantu anak-anak yang putus sekolah.
Selesai dari menonton kami menikmati malam di alun-alun dan menikmati jagung bakar yang banyak dijajakan pedagang kaki lima. Malam ini kami mengomenari pementasan teater yang tadi kami tonton, tertawa dan mengenang masa kecil kami ketika pertama kali menonton teater bersama.
“makasih ya Re, pulangnya hati-hati gag usah ngebut” kataku setiba di gerbang kosan.
“iya sama-sama, besok jam lima ya aku jemput. Kali ini janji ga bakal telat” katanya sembil manyalakan mesin yang tadi sempat dimatiakan.
“ketemu di tempat bisa aja ya Re, besok ada ketemu dosen dulu soalnya” kataku
“oke, kalo gitu sampai ketemu besok. Selamat malam Na”  jawabnya sambil berlalu.
Seperti janjinya kemarin, pukul empat lewat tigapuluh dia sudah mengirimiku sebuah pesan. Mengabarkan dia sudah tiba ditempat kami akan bertemu. Hari dia menepati janjinya untuk tak membuatku menunggu. Aku tak membalas pesannya hanya membaca kemudian meletakan kembali ponselku kedalam saku. Kakiku terus menyusuri lorong-lorong kampus yang masih di penuhi oleh banyak aktivitas. Aku akan mengabarkan kabar gembira yang baru aku terima secara langsung padanya saat makan nanti.
“tepat waktu” katanya saat aku tiba didepan mini market
“tentu saja aku bukan kamu Re” candaku saat tepat berada didepan kursinya
“ayo... kita mau makan apa?” tanyanya.
“hemm... mau bebek bakar” kataku
“siap kita ke bebek bakar, udah lama juga kita ga makan itu”
Setengah jam kemudian kami sampai di warung bebek bakar langganan, kami jarang kemari hanya jika ada perayaan tetentu saja. Seperti sekarang, aku akan menyampaikan kabar gembira pada Rehan tentang keberangkatanku ke Belanda bulan depan.
“Re, Aku punya kabar” kataku pelan mencoba setenang mungkin.
“kabar apa?” tanyanya seolah tak sabar.
“emmm bulan depan Aku jadi ke Belanda buat belajar Arkeologi, kamu tahukan sejak dulu aku pengen banget belajar ke Arkeologi dan mengunjungi Belanda” kataku sambil mengaduk segelas es jeruk yang baru saja diantar pelayan.
Aku benar-benar tak mampu melihat Rehan, mukanya yang kaget membuatku takut ini menjadi berat buat kami. Rehan benar-benar terkejut Aku yakin Dia sedikit kesal padaku karena memberitahu kabar ini terlalu mendadak.
“maaf ya baru ngabarin, kemaren kamu sibuk banget jadi aku takut ganggu kamu” kataku sambil tersenyum kearahnya.
Mukanya masih masam, tangannya memengang gelas dengan lesu.
“na, nanti aku nyusul kamu ke Belanda ya. Aku janji bakal nemuin Kamu disana” katanya sambil tersenyum dan memengang jemariku.
“kamu maukan nunggu Aku”
Aku mengangguk mengiyakan, berharap tak menunggunya lama untuk menemuiku disana. Entah perasaan apa yang sebenarnya kami rasakan, Aku tak pernah jauh darinya dan hari ini sepertinya aku akan mulai merindukannya. Aku akan selalu menunggu Rehan datang karena Aku yakin Dia tidak akan pernah meninggalkan Aku sendiri terlalu lama.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Episode Gunung Gede

Lewat Diam

Untuk Kamu