Lewat Diam
makhluklemah.wordpress.com |
Entah sampai
kapan Kamu akan tetap bisu, membiarkan Aku dalam tanya besar yang setiap waktu
memburu meminta jawaban. Kamu tak berubah masih sama seperti dulu memilih diam
dan memendam semuanya sendirian. Bukankah Kita sudah lama bersahabat, lima
tahun bukan waktu yang sebentar untuk Kita saling mengenal. Masihkah Kamu belum
mempercayaiku untuk menjaga rahasiamu. Rasanya mana pernah Aku menceritakan
rahasiamu pada orang lain, tapi kenapa Kamu diam.
“lusa nenek
ulang tahun, Kamu akan datangkan? Sudah lama Kamu tidak main ke rumah Res”
“iya Aku akan
datang, Amanda ikut?” tanyamu.
“tentu saja,
akan Aku kenalkan Amanda pada nenek pasti Dia suka” jawabku riang, Amanda sosok
baru yang mengisi hidupku. Aku mengenalnya dua bulan yang lalu sewaktu mengkuti
seminar ekonomi.
“tentu Nenek
akan suka, Amanda sangat cantik” katamu tak bergairah lalu meninggalkan aku
duduk di bangku panjang sendiri.
Aku yakin Kamu
sedang datang bulan, moodmu selalu buruk kalau tamu bulananmu datang. Dasar wanita pikirku saat itu juga
membiarkanmu pergi dan hanya menatap punggungmu sampai hilang. Aku putuskan
membuka ponselku dan menghubungi Amanda, megajaknya ke ulang tahun Nenek. Tak
perlu menunggu lama Amanda mengiyakannya dengan mudah, bibirku membentuk bulan
sabit. Ini terlalu mudah pikirku.
Kamu hadir ke
ulang tahun Nenek dengan celana jins warna biru dan baju putih berenda yang di
tutupi blaser warna yang senada. Dandanamu juga tak mencolok hanya ada sedikit
bedak dan lipglos yang membasahi bibir. Dan seperti biasa rambut ekor kudamu
yang diikat dengan pita warna hitam, Kamu menjadi Resa yang sama setiap
harinya.
“nenek, selamat
ulang Tahun. Semoga Nenek selalu sehat dan bahagia” katamu ketika menemui Nenek
dikursi goyangnya.
“terimakasih
Resa, kau tau nak Nenek sangat merindukanmu. Seprtiya cucu Nenek yang satu ini
sibuk sekali sampai lupa untuk berkunjung” katanya membuatmu tersipu
“maafkan Resa
Nek, akhir-akhir ini Resa banyak tugas” kilahmu.
“Resa sekarang
sibuk Nek bahkan Rangga saja susah bertemu dengannya” kataku ikut menimpali
pembicaraan kalian.
Kamu hanya
melirikku sebentar lalu tersenyum manis kemudian berpamitan untuk pergi
kebelakang. Tak lama berselang Amanda datang dengan dress putih tulang yang
mebalut tubuhnya yang semampai. Tas tangan bewarna hitam menggantung di
pergelangan tangan, sebungkus kotak dibalut kertas kado dipengangnya erat. Dia
terlihat sangant mempesona, Aku menyambutnya dan segera mengantarkan Dia pada
Nenek.
“nek kenalkan ini Amanda, temen Rangga” kataku
mengenalkan
“Amanda nek”
seru amanda sambil mencabat tangan Nenek.
“cantik ya
Rangga, ini temen atau pacar” tanyanya membuatku tersipu.
Aku berharap
akan segera menjadikannya pacar nek batinku mengingatkan. Aku berpamitan dengan
Nenek dan mengajak Amanda berkeliling rumah memperlihatkan tempat-tempat penuh
kenangan. Aku sudah yatim sejak kecil, Ayah dan Ibu meninggal dalam sebuah
kecelakaan pesawat saat terbang dalam perjalanan bisnis. Sekarang Aku hanya
punya Nenek selalu menjaga dan merawatku. Aku tertunduk lesu saat menceritakan
kisah ini pada Amanda.
Bahkan Aku
menceritkan tentang Kamu yang sudah lama menjadi sahabatku, lima tahun yang
lalu persahabatan antara Kita dimulai. Waktu itu Aku terlambat dan gerbang
sekolah sudah di tutup, kamu seperti halnya Aku terlambat. Tapi Kamu gadis yang
unik Kamu mengajakku melompat pagar sekolah, dan aku mengiyakan. Aku
menceritakan Kamu pada Amanda dan dia sedikit cemburu aku melihatnya tidak suka
dan Aku memutuskan untuk beralih topik. Tapi asal Kamu tahu Amanda sangat manis
ketika cemberut dan cemburu padamu.
Semenjak ulang
tahun Nenek kamu jarang sekali mai kerumah, Nenek lebih sering menanyakan kamu
daripada Amanda. Aku juga jarang melihatmu di kampus, Kamu menghilang seolah
ditelan bumi. Setiap aku menghubungi mu nomormu selalu sibuk, sms, WA, line, mentionku
tak pernah Kamu balas. Apa yang salah denganku Kamu membuatku bingung. Aku ke
rumah dan bibi bilang kamu belum pulang meskipun aku datang saat langit sudah
gelap.
Hari ini Nenek
sakit dan dia menanyakan Kamu, sahabatku yang sudah Nenek sebagai cucunya. Aku
mencoba menghubungimu lagi-lagi nihil. Aku kirim pesan pesan singkat berharap
kamu akan membacanya. Setidaknya aku sudah mencoba menghubungimu dan memintamu
datang sesuai perintah nenek.
Tak lama setelah
aku mengirimkan pesan singkat kamu datang. Sebuah ransel menggelayut di
punggungmu, rambut ekor kudamu juga sangat berantakan. Aku yakin kamu sangat
terburu-buru.
“mana Nenek?”
tanyamu saat melihatku di depan teras
“di dalam,
dikamarnya” kataku “kamu bernatakan banget dari mana?” lanjutku namun kamu tak
mendengar malah mengacuhkanku sambil melemparkan rasel mu yang penuh ke atas
sofa.
Aku melihatmu
memeluk nenek, berbisik maaf padanya dan mencium pipinya yang menua. Aku tahu
nenek mencintaimu lebih dari aku cucunya sendiri. Entah jurus apa yang kau gunakan
untuk memikat hati nenek, tapi aku senang kamu disini. Aku senang melihat
senyum nenek kembali, kamu tahu nenek sangat merindukamu.
“Nenek tahu ini
berat, tapi kamu bisa memaafkan rangga kan resa” bisik nenek padamu samar
memang tapi aku bisa mendengarnya.
Apa yang
sebenarnya terjadi kenapa nenek berkata demikian, apa yang terjadi padaku dan
resa bukankah kita baik-baik saja. Aku melihatmu terisak dan mengangguk dalam.
“tak ada yang
salah nek, perasaan resa yang salah. Harusnya resa tak boleh meminta lebih
harusnya resa melawan itu nek. Tapi resa salah membiarkan persaan itu tumbuh
dan mengacaukan persahabatan kami”. Aku tersentak mendengar kalimat yang
barusaja keluar dari mulutmu. Ada getaran aneh yang mennyambar dadaku, aku
seperti limbung. Dinding tempatku bersandar seolah bergoyang. Oh tuhan apa yang
diakatakan resa barusan adalah benar. Apa yang seharusnya aku lakukan. Aku tak
tahan lagi untuk terus berada di balik pintu mendengar obrolan kalian. Aku
menyesal baru menyadarinya sekarang.
Aku
berpuraa-pura sedang menonton tivi saat kau berjalan keluar dari kamar nenek,
berpura-pura melihatmu mengusap air mata. Dan mencoba senormal mungkin.
“malam ini
menginap saja” kataku saat kau mengambil ransel dari sofa “ini sudah terlalu
larut dan diluar hujan” lanjutku
Kamu hanya diam
tak bereaksi “ayolah res sudah lama kita tak ngobrol aku kangen sama kamu,
menginaplah nenek pasti senang kalo kamu nginap” kataku membujukmu.
Tak lama
setelahnya nenek keluar dari kamar, seperti aku dia juga memintamu menginap
malam ini. Rayuan nenek sangat ajaib dan kamu segera mengiakan.
Malam ini aku
tak bisa tidur, mengetahui kau mencintaiku. Kita sahabat res kenapa kamu
mencintaiku. Apakah aku terlalu dungu sehingga tak memperhatikanmu lebih dalam,
atau aku yang bodoh. Res, kenapa kamu tak pernah bilang kenapa kamu hanya diam.
Ah res, aku bisa gila dengan semua ini.
Nenek nampak
lebih segar pagi ini, aku senang kamu mau menginap dan membantu merawat nenek.
Amanda pasti akan marah jika tahu malam ini kamu menginap, tapi itu bukan
masalah karana aku tahu nenek merindukanmu, begitu juga denganku. Kamu
menghilang selama sebulan, mambiarkan aku dan nenek kesepian. Meskipun amanda
sering datang tapi dia bukan kamu, Amanda jelas beda dengamu.
Aku senang
melihatmu tertawa lagi, rasanya sudah lama kamu menyembunyikan tawamu itu. Aku
juga senang meihat nenek akhirnya kembali sehat, kamu memang dokter yang hebat
res. Aku putuskan untuk bergabung dengan kalian di taman belakang. Kita seperti
mengenang beberapa tahun yang silam kita tertawa bersama dan aku lupa cerita
soal tadi malam. Aku menikmati yang demikian ah res aku senang pagi ini. Hati
sungguh aneh dan aku baru menyadari bahwa ketika bersamamu aku adalah aku tanpa
perlu berubah menjadi orang lain.
Nenek sehat
kembali, dan aku menemukan resaku yang dulu lagi. Aku senang karena hampir
setiap hari kamu datang menengok nenek. Aku juga senang kamu kembali menjadi
sahabatku. Bahkan aku juga sudah lupa obrolan malam waktu itu aku lebih suka
seperti ini. Tapi tidak dengan Amanda orang yang baru masuk kekehidupanku
beberapa bulan ini. Dia cemburu padamu res, tapi kamu memang sahabat yang baik.
Kamu menengahi hubungan kami, kamu terlalu baik.
Waktu cepat
sekali berlalu, kamu begitu cepat meninggalkan kampus dan membiarkan aku
meringkuk mengurus skripsi yang tak beres.
Kita menjadi jauh lagi, disaat itulah aku merasa ada yang kurang. Kamu
juga mulai jarang ke rumah karena sibuk mengurus banyak projek memotret. Kamu
semakin hebat fotografer wanita yang sangat disegani meskipun usiamu baru
duapuluh tapi kamu begitu hebat. Nenek juga sering menanyakanmu.
Aku wisuda tanpa
kehadiran dirimu, rasanya ada yang kosong. Amanda sudah lama hilang, hubungan
antara aku dan dirinya tak bertahan lama. Dia terlalu banyak menuntut dan
sepertinya dia bosan dengan lelaki super cuek seperti ku. Saat aku putus dengan
Amanda nenek menceritakan semua tentangmu padaku. Tentang arti diam yang selama
ini kau simpan, tentang perasaan yang tak pernah mati meskipun kamu kubur
hidup-hidup. Entah sejak kapan, aku memperhatikan rambut ekor kudamu yang lucu.
Yang aku tahu mencintai lewat diam sangat menyenangkan, ini tulus dan aku juga
sepertimu. Diam.
Bogor, 2 Mei 14
Komentar
Posting Komentar